Selasa, 26 Juni 2012

Intel Ingin Open Source Ada Pada Program Riset Universitas

Industri telah lama mensponsori penelitian di universitas, tapi Intel baru saja membawa sebuah terobosan baru ke dalam proses itu : Open Source.
Semenjak Januari, Intel telah mendanai tiga universitas di Amerika Serikat untuk menempatkan empat ISTC (Intel Science and Technology Centers) dengan total biaya sekitar 2,5 juta dollar per tahun untuk lima tahun bagi penelitian komputasi cloud, embedded, secure and visual.
Sementara jika pada masa lalu, kebijakan hak karya intelektual akan membuat beberapa perbedaan antara universitas dan sponsor, maka Intel telah menspesifikasikan bahwa kebijakan hak karya intelektual mereka adalah membuat perangkat-perangkat lunak yang signifikan bersifat Open Source dan tidak mempatenkan file-file yang ada, tetapi mempublikasikan seluruh penemuan yang dapat dipatenkan tersebut. Walau ada  kenyataan yang menunjukkan bahwa tidak seluruh hak karya intelektual yang disertakan ke dalam proyek bisa tercakupi oleh kebijakan tersebut dan Intel akan menegosiasikan kesepakatan terpisah dengan masing-masing universitas.
Saat ini, program pembiayaan tersebut hanya berlangsung di Amerika Serikat, yakni di Stanford (Visual Computing), Berkeley (Secure Computing) dan dua proyek di Carnegie Mellon (Cloud Computing danEmbedded Computing). Intel berharap ITSC akan membuat komunitas riset yang baru dimanan aliran informasi dan penelitian menjadi lebih bebas.

LinuxCon: Open Source Adalah Sebuah Ekosistem, Bukan Sebuah Permainan Zero Sum


Linux dan pengembangan Open Source adalah bukan seperti sebuah permainan teori ekonomiZero Sum, ini adalah pesan yang disampaikan secara explisit oleh pembicara dari Ubuntu Technician Architect Allison Randal, pada acara LinuxCon 2011, tapi sentimen ini telah diartikulasikan oleh orang banyak sepanjang acara ini. Proses dimana sebuah perusahaan membuat perangkat lunak sumber terbuka yang besar adalah memperbaiki dunia untuk semua orang.
Perangkat lunak bebas adalah adalah sebuah model fundamental yang superior untuk mengembangkan perangkat lunak,”Ucap Randal beberapa kali. Selain klasik Linus’ Law (“given enough eyeballs, all bugs are shallow”), Randal mengajukan klaim bahwa sifat manusia suda sejak lama adalah menjadi bagian yang lebih besar dari dirinya sendiri, dan pengembangan perangkat lunak bebas yang akan memenuhi itu semua.
Menurut Randal, masa depan inovasi dalam teknologi adalah tidak saling mencuri sumber daya satu dengan yang lain, tetapi bersama-sama menciptakan sumber daya, dan kesempatan baru untuk menciptakan ekosistem yang kaya. “Ekosistem” istilah yang beberapa kali sering muncul dalam obrolan saya dengan Dr. Irving Wladawsky-Berger, Chairman Emeritus IBM Academy of Technologies, dan DAN Frye Vice President of IBM Open System Development. Frye memebuat jelas dan nyata bahwa upaya IBM dengan Linux untuk menjadi “Solution Company (perusahaan solusi)” sebagai lawan produk perusahaan. IBM tidak membuat distribusi Linux sendiri, tetapi mereka bekerja keras untuk berkontribusi ke kernel dan proyek Open Key yang membawa nilai bagi pelanggan IBM.
Ini semua tentang kolaborasi, dan bekerja bersama-sama dengan peserta Open Source yang lain, kadang-kadang ini berarti akan berkolaborasi dengan pesaing secara langsung, namun IBM “Mendapatkannya” bahwa  kolaborasi dalam Open Source menciptakan sumber daya baru untuk semua orang, dan mereka tidak dalam kompetisi untuk memotong jumlah dolar pelanggan, dan kadang-kadang mereka bersaing secara keras di berbagai pasar, dan tak jarang mereka juga bersaing terhadap perusahaan-perusahaan dengan siapa mereka secara bersama berkolaborasi dalam Open Source, namun itu bukan permaian Zero Sum.
Wladawsky-Berger melanjutkan, “Solution Company” menunjukkan bahwa gedung pencakar langit tidak pernah dibangun oleh sebuah perusahaan tunggal. Legiun perusahaan kecil dengan keahlian khusus berkerja sama dibawah bimbingan seorang manajer proyek untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas-tugas khusus mereka dalam urutan yang benar. Hal ini pada akhirnya IBM bagaimana membayangkan diri mereka, sebagai pemimpin dalam ekosistem Open Source bekerja untuk mengaktifkan beban kerja baru bagi pelanggan mereka.
Ada banyak cara untuk berkembang di dalam ekosistem Open Source. Apakah suatu dedikasi yang kuat untuk keunggulan kernel (seperti Linus Torvalds dan Greg Kroah-Hartman) atau untuk memprodusi alat yang layak dan dapat digunakan semua orang untuk menghindari menciptakan kembali roda. Yocto Project yang bekerja dalam embedded space, seperti SUSE dibawah pimpinan baru Attachmete, membuat Open Build Service untuk membantu orang menggulirkan paket untuk beberapa distribusi. SUSE juga berbagi dengan membuat SUSE Studio yang memungkinkan ISV dan perusahaan, untuk mengembangkan dan memelihara Linux sendiri untuk digunakan di dalam aplikasi dan “Golden Master” images. Anda tidak harus menjadi customer SUSE untuk menggunakan alat ini.
Tapi semua dari kolaborasi ini tidak selalu terjadi secara alami. Perusahaan masih terikat kepada pemegang saham mereka, jadi terkadang membutuhkan Neutral Third party (pihak ketiga) yang netral untuk mendapatkan pihak yang tertarik secara bersama-sama, menyediakan neutral ground untuk berdisiku dan memelihara saluran komunikasi. Di situlah Linux Foundation hadir untuk bermain. Mereka menyediakan banyak kerangka dan pengelolaan komunikasi antara pesaing yang menghasilkan kemajuan teknis yang tidak tertandingi di industri.
“Perangkat lunak bebas adalah sebuah model fundamental yang superior untuk mengembangkan perangkat lunak”, kata Allison Randal. Eucalyptus System Marten Mickos mengambil satu langkah lebih jauh “Setiap perusahaan dengan strategi IT membutuhkan strategi Open Source”. Sangat penting untuk mengenali dan merangkul ekosistem yang lebih besar dari Linux dan perangkat lunak sumber terbuka, dan menemukan cara berkolaborasi di dalamnya untuk meningkatkan jumlah sumber daya yang tersedia dan bersaing.

Senin, 28 Mei 2012

Hore! WebOS menjadi Proyek Open Source

agi Anda yang kecewa karena kematian perangkat HP webOS  yang belum sampai ke tanah air dan ingin tahu tentang masa depan sistem operasi webOS,sekarang muncul secercah harapan: HP telah resmi mengumumkan akan memberikan WebOS ke komunitas open source.
Ini tidak akan berarti banyak untuk kita pada awalnya, tetapi penggemar open-source tentu sangat senang karena mereka akan memiliki akses ke kodesumber webOS secara penuh karena berarti bahwa mereka memiliki kesempatan untuk menggunakan dan memodifikasi sistem operasi dengan tweak sendiri, hacks, dan modifikasi.
Dengan kode program WebOS sekarang menjadi terbuka, ini berarti bahwa produsen perangkat lain akan dapat menggunakan sistem operasi ini dan menciptakan perangkat webOS sendiri. Hal ini telah terjadi di Android yang juga merupakan proyek open source sehingga memunculkan banyak sekali manufaktur yang menghasilkan perangkat Android. Jadi kita tunggu saja kemunculan perangkat WebOS dengan berbagai merek.
Memberikan WebOS ke komunitas open source mungkin satu-satunya cara agar platform ini bisa bertahan, tapi untuk berapa lama? Itu adalah pertanyaan yang tidak bisa kita jawab sekarang ini.
HP telah menyebutkan bahwa mereka tetap akan “berperan aktif dan menjadi investor”, dan akan membantu supaya sistem operasi terhindar dari  masalah seperti fragmentasi di masa depan.

Symbian di Open Source-kan oleh Nokia

Nokia Symbian OS, OS mobile populer sekarang opensource. Nokia, dalam posting blog yang baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka membuat  OS Mobile Symbian tersedia untuk mitra development platform.

Source code/kode program dari Symbian yang tersedia di https://collab.symbian.nokia.com , situs yang didedikasikan dalam menyediakan tool & layanan untuk mendukung pengembangan system. Di sana , anda akan menemukan kode sumber Symbian, tool platform pengembangan , dokumen dan bahan-bahan pendukung lainnya. Juga  Symbian foundation telah digantikan oleh “Open dan Direct Model dari Nokia” sesuai dengan posting blog.
Nokia juga menyatakan bahwa:
“Seperti yang kami mengumumkan sebelumnya, Nokia tidak akan lagi merujuk ke rilis resmi sebagai ^ Symbian atau 3 ^ Symbian 4, tetapi akan memberikan evolusi yang berkelanjutan dari platform untuk mitra dan pelanggan – termasuk konsumen. Sejalan dengan pendekatan ini kita tidak memberikan build software , tapi  menawarkan tool/perangkat pengembangan melalui website ini, dan SDK melalui Forum Nokia. ”

Masa Depan Open Source di Indonesia Cerah

Penyedia solusi Open Source global, yakin bahwa sistem operasi berbasis open source akan makin diterima dengan baik di Indonesia.

“Karena jumlah penduduk Indonesia dari kalangan terdidik yang memahami persoalan teknologi sangat besar," ujar Damien Wong, General Manager Red Hat ASEAN, dalam acara media briefing yang berlangsung di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Rabu, 25 April 2012.

Ia juga menepis anggapan bahwa Open Source lebih cocok untuk keperluan pelajar, namun tidak memadai untuk digunakan dalam sebuah perusahaan.

Wong mengatakan berdasarkan riset Gartner, diperkirakan bahwa pada 2013 mendatang 85 persen solusi software komersial akan menggunakan teknologi open source.

"Artinya, sebenarnya banyak perusahaan besar yang bergantung pada teknologi open source," ujarnya menambahkan.

Red Hat sendiri saat ini memiliki lima layanan berbasis pada model open source, yaitu cloud, middleware, sistem operasi, virtualisasi, dan storage. Divisi storage merupakan yang termuda di Red Hat, melalui akuisisi Gluster pada Oktober tahun lalu.

Wong mengatakan bahwa solusi yang paling banyak digunakan di Indonesia saat ini adalah sistem operasi dan middleware. "Tahun ini di Indonesia kami masih akan fokus pada dua solusi ini,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa tingkat adopsi solusi virtualisasi di Indonesia saat ini sedang tumbuh dengan sangat cepat. Dua pengguna solusi virtualisasi Red Hat di Indonesia antara lain Plaza Indonesia dan Universitas Terbuka.

Sementara untuk produknya secara keseluruhan, di tingkat global Red Hat telah menggaet antara lain Dream Works, Telstra, dan Duke Cancer Institute sebagai penggunanya.


sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/04/25/072399747/Red-Hat-Masa-Depan-Open-Source-di-Indonesia-Cerah

Selasa, 01 Mei 2012

Command Line yang terdapat pada Linux


Seperti halnya bila kita mengetikkan perintah di DOS, command line atau baris perintah di Linux juga diketikkan di prompt dan diakhiri enter untuk mengeksekusi perintah tersebut. Baris perintah merupakan cara yang lebih efisien untuk melakukan sesuatu pekerjaan oleh karena itu pemakai Linux tetap mengandalkan cara ini untuk bekerja. Sebaiknya pemula juga harus mengetahui dan sedikitnya pernah menggunanakan perintah baris ini karena suatu saat pengetahuan akan perintah-perintah ini bisa sangat diperlukan.

Saya mengumpulkan beberapa perintah dasar yang mungkin kelak akan sering digunakan terutama oleh para pemula. 

Perhatian: pengetahuan akan perintah-perintah yang lain akan segera bertambah seiring dengan kemajuan Anda menguasai sistem operasi Linux ini.

Berikut 12 command line pada linux untuk tahap awal:
  
1. Merubah informasi finger 


2. Melihat user-user yang sedang aktif  dan melihat yang sedang dilakukannya. 

 
3.  Untuk melihat kalender satu tahun penuh kita memakai perintah 'cal <tahun>' 

 

4. Dengan perintah ' man cal' kita dapat melihat manual perintah 'cal' 

 

5. Mencari perintah manual ls dengan kunci sort : masuk ke manual ls dengan 'man ls' kemudian ketik '/sort'. kata kunci sort akan block hitam 


6. Tampilan 'ls -a -l' dan 'ls -al' keduanya sama yaitu menampilkan isi direktori dengan atribut lengkap. 

 

7. Menampilkan semua file pada direktori /etc yaitu dengan perintah ls 

 

8. Menampilkan semua file pada direktori /etc secara lengkap dengan perintah 'ls -al' 

 

9. Mengkopi file /etc/group ke folder prak1 yaitu buat dulu direktori prak1, masuk kedirektori tersebut dengan perintah 'cd' lalu kopi /etc/group ke file tes1 kemudian tes2 dan tes3. 

 

10. Melihat isi file tes1 satu halaman penuh yaitu dengan perintah more

 


11.  Memindahkan file tes dan tes2 sekaligus ke direktori home dengan perintah mv

 

12.  Menghapus file tes1 dan tes2 dengan konfirmasi dengan perintah 'rm -i <nama file>'

Minggu, 29 April 2012

PENGGUNAAN OPEN SOURCE PADA DUNIA PENDIDIKAN

Kemampuan sistem Open Source yang sangat terbuka untuk dikembangkan memiliki potensi yang sangat besar dalam pemanfaatan secara luas. Dunia pendidikan di Indonesia seharusnya mulai mempertimbangkan pengenalan dan penggunaan Open Source secara komprehensif pada seluruh fungsi yang layak untuk menggunakan aplikasi Open Source.

Sistem berbasis Open Source dapat digunakan dalam berbagai macam fungsi yang ada di dunia pendidikan. Untuk Administasi dan operasional lembaga pendidikan, Open Source dapat digunakan sebagai basis pembangunan sistem jaringan sehingga akan menghemat biaya IT. Untuk kebutuhan belajar mengajar, Open Source dapat dipergunakan sebagai sarana praktek operasional sistem informasi dan pembelajaran mengenai cara kerja sistem informasi dengan berbagai cara. Open Source juga dapat berguna sebagai bahan penelitian untuk mengembangkan sebuah aplikasi yang kemudian dapat digunakan untuk masyarakat umum sehingga penggunaan Open Source pada dunia pendidikan akan menguntungkan banyak pihak. Selain itu dengan semakin banyak digunakannya Open Source maka dukungan terhadap pengguna Open Source yang tersedia juga akan semakin banyak. Indonesia masih menduduki peringkat ke 131 di dunia untuk pengguna Open Source dan akan segera disusul oleh Guyana berdasarkan data statistik dari http://counter.li.org/reports/place.php?place=ID

Sehingga upaya memasyarakatkan Open Source harus legih digalakan untuk mendukung program IGOS, dan support dari kalangan pendidikan sangat dibutuhkan.
Transisi ke sistem berbasis Open Source harus direncanakan dengan baik agar dapat mengantisipasi semua kemungkinan yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk mencegah penolakan penerapan sistem berbasis Open Source secara lebih kuat karena kegagalan sistem pada awal aplikasi yang disebabkan persiapan yang tidak baik. Selain itu untuk aplikasi sisteem Open Source sebaiknya dimulai dari level server disertai pengenalan dan pendidikan mengenai sistem berbasis Open Source termasuk aplikasi yang digunakan. Untuk kebutuhan belajar mengajar, peserta didik seharusnya dikenalkan secara lebih dekat dengan pemberian materi tentang Open Source, melibatkan dengan praktek langsung penggunaan Open Source dan proyek Open Source yang dilakukan. Transisi ini harus dilakukan dengan komitmen penuh dari seluruh pihak yang terlibat.

Open source dan Dunia Pendidikan

Di kalangan pendidikan penggunaan aplikasi open-source tampaknya belum setenar aplikasi closed-source yang biasa dipakai untuk proses belajar dan mengajar. Bisa ditebak software tersebut memang tidak gratis alias berbayar, mereka harus ‘membeli’ software tersebut agar bisa mendapatkannya namun yang mendapat keuntungan bukan sang pembuat tetapi pihak lain yang mendapat keuntungan secara ilegal dengan kata lain software yang digunakan untuk proses belajar adalah software bajakan yang memiliki harga jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga aslinya.
Penggunaan software asli di kalangan pendidikan terutama sekolah-sekolah tingkat SMP dan SMA yang sudah memasukan kurikulum komputer sebagai kurikulum wajib tampaknya memang tidak mudah. Meskipun kurikulum yang diajarkan masih sebatas aplikasi Office (perkantoran) biasanya menggunakan Microsoft Office tetap saja masih terlalu berat. Apa lagi jika kurikulum yang ada menuntut banyak software professional yang harganya ‘sangat’ mahal untuk ukuran kantung kita.
Sebagai contoh kita akan coba masuk kedalam Lab Komputer Multimedia dan ‘melihat-lihat’ isi software dari satu set PC yang digunakan oleh siswa SMK jurusan Multimedia, jurusan baru dibidang IT yang baru. Mulai dari sistem operasinya yang digunakan adalah Microsoft Windows XP Professional, kemudian diikuti aplikasi professional lainnya yaitu Macromedia Dreamweaver MX, Macromedia Flash MX, Adobe Photoshop CS, Adobe After Effect 6.5, Adobe Priemer Pro, CorelDRAW Graphics Suite 12, Ulead Video Studio 7.0 belum lagi Anti Virus komersil untuk melindungi PC yang selalu terhubung ke internet dan lain-lain. Jika dihitung-hitung kalau semua aplikasi tersebut dibeli lewat jalur legal maka biaya yang dikeluarkan cukup untuk membeli sebuah sepeda motor baru secara cash atau tunai. Dan di dalam Lab tidak mungkin hanya ada satu set PC, bisa jadi berjumlah 20 sampai 40 set. Biaya untuk hardwarenya saja sudah mahal.
Dari sini kita dapat melihat sudah seharusnya aplikasi open-source mulai diperkenalkan dan digunakan dalam proses belajar dan mengajar disekolah. Apa lagi dengan diberlakukannya UU HaKI dinegara kita. Menaikan uang SPP sebagai imbas dari pembelian software orisinal tidak akan terlalu memberikan hasil malah akan semakin memberatkan siswa. Lagi pula sekarang banyak korporasi mulai beralih menggunakan software open-source dalam melakukan pekerjaan sehari-harinya sehingga ilmu dari aplikasi open-source yang diajarkan bisa jadi akan sangat bermanfaat saat digunakan untuk bekerja setelah menamatkan sekolah.

Senin, 09 April 2012

Apa itu Open Source ?



Jika diartikan menurut arti kata, – Open Source- dalam bahasa Indonesia berarti Kode Terbuka. Kode yang dimaksud disini bukanlah kode morse, ataupun kode barang, tetapi yang kode yang dimaksud disini adalah Kode Program. Kode Program yang dimaksud adalah perintah – perintah yang diketikkan berdasarkan logika yang benar.
Suatu program dengan lisensi Open Source berarti program tersebut membuka Kode Programnya bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya, caranya dengan menyertakan kode program bersama dengan distribusi paket program yang sudah jadi (hasil kompilasi). Dengan penyertaan kode program tersebut, pembeli atau pengguna program dapat membedah program tersebut, melakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhannya, bahkan memperbaiki -Bug- atau kesalahan logika dalam program tersebut. Contoh program yang Open Source adalah Linux. Dalam setiap distribusinya vendor Linux juga menyertakan Kode Program Linux.
Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa program / software yang Open Source tidak selalu tersedia secara gratis. Tetap ada biaya yang dikeluarkan untuk membeli program tersebut. Contoh, misalnya Sistem Operasi RedHat Linux, program Linuxnya tetap dibeli dengan harga yang murah. Lalu, apa bedanya Open Source dengan -Closed Source-
Pada program yang -Closed Source-, paket program tidak dapat didistribusikan lagi selain oleh pembuat / vendor program tersebut. Jika ada distribusi yang bukan oleh vendor program tersebut, maka itu dianggap sebagai pembajakan software. Atau dengan kata lain program yang -Closed Source- tidak dapat didistribusikan secara bebas, kecuali oleh vendor program tersebut. Sedangkan software yang Open Source, dapat didistribusikan secara bebas oleh siapapun. Paket program juga dapat digandakan secara bebas.
Tujuan Open Source sebenarnya adalah ingin menghilangkan ketergantungan terhadap vendor program, dimana vendor bisa saja bertindak seenaknya. Dalam program yang -Closed Source- vendor bisa saja menyisipkan kode – kode yang mungkin dapat membahayakan pengguna program, dan menghilangkan privasi pengguna.
Selain itu, Open Source juga bertujuan menyediakan software yang mudah dijangkau oleh masyarakat luas, dan menghindari pengerukan keuntungan yang berlebihan oleh vendor.
Bagi kalangan IT khususnya di Indonesia, dengan adanya software yang Open Source dapat mendorong semangat untuk mengembangkan program bagi tenaga – tenaga TI di Indonesia. Sebab dengan mempelajari kode program, dapat dianalisa dimana kelemahan program, apa sesungguhnya proses yang berlangsung dalam kerja program, dan sekaligus mencari solusi terhadap kelemahan program yang ditemui. Atau yang lebih extreem adalah memodifikasi program sedemikian rupa agar lebih ergonomis / pas digunakan sesuai dengan keperluan.
Sebagai tenaga yang bergerak di bidang TI, tentunya kita tidak boleh hanya menjadi End User yang hanya mampu memanfaatkan hasil kerja orang lain. Sebab dengan demikian sampai selama – lamanya bidang TI kita akan tertinggal dari negara – negara lain. Kalau hanya ingin menjadi End User, untuk apa kita susah – susah membuang waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk menjadi S.Kom ???? Kalau memang hanya ingin menjadi End User lebih efektif dan efisien mengikuti kursus.
Hal inilah yang masih belum disadari oleh kebanyakan Pengajar maupun mahasiswa bidang Teknologi Informasi di Indonesia. Seorang S.Kom bukan dipersiapkan untuk menjadi pengguna, melainkan dipersiapkan untuk menjadi Analis Sistem yang dapat merancang baik software maupun hardware. Dengan menggunakan program yang Open Source bukankah telah terbuka jalan yang sangat lebar untuk menuju ke arah tersebut ?????
Dengan mempelajari kode program yang Open Source kita dapat menganalisa teknik yang digunakan dalam pembuatan software tersebut, yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk merancang aplikasi yang berguna ?????
Harus diakui bahwa jika kita bekerja sebagai Software Developer yang Open Source, akan mengurangi jumlah pendapatan yang akan diterima jika dibandingkan dengan Software Developer yang -Closed Source-, sebab software yang kita buat dapat di distribusikan secara bebas oleh orang lain tanpa membayar lisensi kepada kita.
Namun, ada yang jauh lebih berarti dibandingkan dengan uang tersebut. Yaitu Perbuatan Amal. Dengan mengeluarkan program yang Open Source, dimana pengguna dapat melihat, mempelajari, dan memodifikasi Kode Program, dapat dibayangkan berapa banyak orang yang memperoleh pengetahuan dari program kita, berapa banyak mahasiswa yang dapat meningkatkan kemampuannya dengan mempelajari software yang kita buat. Belum lagi umpan balik yang diberikan oleh pengguna
yang mengetahui kelemahan program kita dan memberikan solusinya, yang dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita.
Lagipula, vendor seperti RedHat yang selama ini bergerak sebagai Software Developer yang Open Source tidak menjadi bangkrut malahan semakin maju. Mengapa ????? Sebab, pengguna yang awam dengan sistem komputer tetap akan menghubungi vendor program jika terjadi masalah dengan program. Karena mereka menganggap bahwa vendor tentu lebih memahami programnya dibandingkan dengan teknisi yang lain.
Namun, pilihan untuk mengikuti Open Source atau tidak tetap bergantung pada diri kita masing – masing. Seandainya anda berkeinginan menjadi Software Developer yang kaya raya seperti Bill Gates, mungkin anda memilih menjadi Software Developer yang -Closed Source-.
Sebaliknya, jika anda adalah seorang yang senang berbagi ilmu dan pengalaman tentunya anda lebih senang menjadi Software Developer yang Open Source, namun itu tentunya kemungkinan kecil dapat menjadikan anda sekaya Bill Gates. Well, pilihan tetap berada pada diri kita masing – masing.

Minggu, 08 April 2012

Download Software Open Source






Mozila Firefox

gratis, open-source browser. Tabs, pop-up, tema, dan ekstensi. Dipergunakan oleh banyak orang dan menjadi yang terbaik di dunia browser.
Silahkan download







Miro


tampilan menarik. Memutar semua jenis video (tidak hanya windows media player). Berlangganan RSS video, download, dan menonton semua dalam satu aplikasi.mendukung Torrent . Cari dan download dari YouTube dan lain-lain
Silahkan download


Miro Video Converter

mengkonversi semua jenis video ke mp4 atau Theora. Mengkonversi video untuk digunakan di iPhone, iPod, Android, dll gambar Sangat jernih, mudah digunakan, tampilan menarik

OpenOffice.org

besar, penuh dengan fitur terbaik untuk memproses kata dan spreadsheet. kompatibel dengan microsoft word document, dan juga mendukung open document format

Sejarah Open Source

 Sejarah Open Source





Istilah open source (kode program terbuka) sendiri baru dipopulerkan tahun 1998. Namun, sejarah peranti lunak open source sendiri bisa ditarik jauh ke belakang semenjak kultur hacker berkembang di laboratorium-laboratorium komputer di universitas-universitas Amerika seperti Stanford, Berkeley, Carnegie Mellon, and MIT pada tahun 1960-an dan 1970-an.
Awalnya tumbuh dari suatu komunitas pemrogram yang berjumlah kecil namun sangat erat di mana mereka biasa bertukar kode program, dan tiap orang bisa memodifikasi program yang dibuat orang lain sesuai dengan kepentingannya. Hasil modifikasinya juga mereka sebarkan ke komunitas tersebut.
Perkembangan di atas antara lain dipelopori oleh Richard Stallman dan kawan-kawannya yang mengembangkan banyak aplikasi di komputer DEC PDP-10. Awal tahun 1980-an komunitas hacker di MIT dan universitas-universitas lain tersebut bubar karena DEC menghentikan PDP-10. Akibatnya banyak aplikasi yang dikembangkan di PDP-10 menjadi banyak yang kadaluarsa. Pengganti PDP-10, seperti VAX dan 68020, memiliki sistem operasi sendiri, dan tidak ada satupun piranti lunak bebas. Pengguna harus menanda-tangani nondisclosure agreement untuk bisa mendapatkan aplikasi yang bisa dijalankan di sistem-sistem operasi ini.
Karena itulah pada Januari 1984 Richard Stallman keluar dari MIT, agar MIT tidak bisa mengklaim piranti-piranti lunak yang dikembangkannya. Dan tahun 1985 dia mendirikan organisasi nirlaba Free Software Foundation. Tujuan utama organisasi ini adalah untuk mengembangkan sistem operasi. Dengan FSF Stallman telah mengembangkan berbagai piranti lunak: gcc (pengompilasi C), gdb (debugger, Emacs (editor teks) dan perkakas-perkakas lainnya, yang dikenal dengan peranti lunak GNU. Akan tetapi Stallman dan FSFnya hingga sekarang belum berhasil mengembangkan suatu kernel sistem operasi yang menjadi target utamanya. Ada beberapa penyebab kegagalannya, salah satunya yang mendasar adalah sistem operasi tersebut dikembangkan oleh sekelompok kecil pengembang, dan tidak melibatkan komunitas yang lebih luas dalam pengembangannya.
Pada tahun 1991, seorang mahasiswa S2 di Finland mulai mengembangkan suatu sistem operasi yang disebutnya Linux. Dalam pengembangannya Linus Torvalds melempar kode program dari Linux ke komunitas terbuka untuk dikembangkan bersama. Komunitas Linux terus berkembang dimana kemudian akhirnya melahirkan distribusi-distribusi Linux yang berbeda tetapi mempunyai pondasi yang sama yaitu kernel Linux dan librari GNU glibc seperti RedHat, SuSE, Mandrake, Slackware, dan Debian dan lainnya. Beberapa dari distribusi di atas ada yang bertahan dan besar, bahkan sampai menghasilkan distro turunan, contohnya adalah Distro Debian GNU/Linux. Distro ini telah menghasilkan puluhan distro anak, antara lain Ubuntu, Knoppix, Xandros, dan lainnya.
Kontribusi utama lain dari FSF selain perangkat lunak adalah lisensi GPL (GNU public License), dimana lisensi ini memberi kebebasan bagi penggunanya untuk menggunakan dan melihat kode program, memodifikasi dan mendistribusi ulang peranti lunak tersebut dan juga jaminan kebebasan untuk menjadikan hasil modifikasi tersebut tetap bebas didistribusikan. Linus Torvalds juga menggunakan lisensi ini dalam pengembangan dasar Linux.
Seiring dengan semakin stabilnya rilis dari distribusi Linux, semakin meningkat juga minat terhadap peranti lunak yang bebas untuk di sharing seperti Linux dan GNU tersebut, juga meningkatkan kebutuhan untuk mendefinisikan jenis peranti lunak tersebut.
Akan tetapi teminologi “free” yang dimaksud oleh FSF menimbulkan banyak persepsi dari tiap orang. Sebagian mengartikan kebebasan sebagaimana yang dimaksud dalam GPL, dan sebagian lagi mengartikan untuk arti gratis dalam ekonomi. Para eksekutif di dunia bisnis juga merasa khawatir karena keberadaan perangkat lunak gratis dianggap aneh.
Kondisi ini mendorong munculnya terminologi “open source” dalam tahun 1998, yang juga mendorong terbentuknya OSI (Open Source Initiative) suatu organisasi nirlaba yang mendorong pemasyarakatan dan penyatuan “Open Source”, yang diinisiasi oleh Eric Raymond dan timnya.
Sumber :